Sunday, June 28, 2015

Spending Weekend

Belum, emang belum sih saatnya long weekend.
Maksud saya di sini adalah, bagaimana saya spending time in my precious Saturday and Sunday.

Sebelumnya saya mau cerita, tanpa saya sadari, ternyata saya memang under pressure and stressed out. Berkali-kali saya berusaha mengelak perasaan ini, tapi ternyata tubuh tidak bisa bohong ya. Saya tiba-tiba sakit sesaat, dan hormon bekerja lebih cepat dari biasanya (untuk cewek pasti paham ini). Saya sendiri juga syok ternyata stress benar bisa mengakibatkan hal macam ini. Lalu apa yang membuat saya tertekan? Oh yah, sebelumnya saya sudah menceritakan bahwa tugas saya semakin banyak, mau tak mau otak saya hanya dipenuhi jadwal deadline tugas. Mencari-cari waktu untuk mengerjakannya, tapi juga menyisihkan waktu untuk belajar mandiri. Ternyata, ini saja tak cukup, jumat kemarin, saya baru dibagikan hasil midterm algebra saya, dan alhasil nilai saya hanya setengah dari sempurna. Sementara ada teman saya yang mendapatkan sempurna. Skor report untuk matkul lain juga dibagikan, hasilnya tidak jelek, tapi melihat teman saya yang dapat lebih tinggi, membuat saya berpikir 'oh, apa yang salah dengan report saya? Apa yang membuat report-nya lebih unggul dari saya? Perasaan saya sudah melakukan yang terbaik'. Hal ini membuat saya frustasi. Semakin lama semakin menumpuk, akhirnya, yah, begitulah.

Saya tak berani cerita ke siapa-siapa. Bukannya saya tidak mau. Cerita ke orang tua, hanya akan membuat mereka khawatir. Cerita ke senpai, saya akan dibalas dengan 'kamu kan masih taun pertama, apasih yang distresin? Taun pertama mah main-main aja dulu', dan itu karena mereka memiliki beban yang lebih dari saya, dan saya harus tau diri, saya tak mungkin membagi beban sepele saya ke mereka yang punya lebih banyak. Teman-teman saya, yah, saya memang tak punya teman disini.

Tapi pada akhirnya, karena saya tak bisa menahannya, akhirnya senpai-chan lah yang kena ciprat badmood saya. Yah, merasa bersalah juga sih, tapi untungnya dia mendukung saya dan membuat saya merasa lebih lega. 

Pada akhirnya, orang yang tak mau saya beritau tentang weak point dan masalah stres ringan saya ini pun saya beritau. Maaf kalau saya membebanimu lagi, Sirsak. Lain kali saya akan lebih berusaha menahan emosi supaya ga cepet stres. But well, easier to say than to be done. Pada dasarnya saya emang cepet stres sih, jadi dapet tekanan sedikit juga langsung berefek.

Selain itu, saya ingat Sirsak pernah berkata kalau dia ingin sekolah di tempat dimana ia dipaksa membaca jurnal dan research sebanyak mungkin untuk bisa menyelesaikan tugas atau sekedar mempelajari matkul terntentu. Sekarang rasanya saya merasakan hal itu, dan saya mau mati. Yah, mungkin karena tak terbiasa aja sih, jadinya waktu dikasih tugas yang dosennya selalu bilang 'I want you to make a small research about this kind of topic. Please find and give a conclusion' malah bikin saya stres.
Nah ini dosen yang selalu bilang kaya gitu
Yah, sekilas cerita. Kembali ke topik utama.

Jumat adalah hari yang selalu saya tunggu, soalnya hari jumat saya hari memiliki 3 kelas dan bisa pulang sore. Biasanya saya menggunakan waktu jumat sore sampai malam jika ada party atau sekedar jalan-jalan. Mengapa saya suka jumat? Karena hari sabtu libur, dan hari senin masih lama, makanya saya bisa sedikit relax. Tapi kebalikannya, saya entah kenapa jadi benci minggu, karena besoknya senin, dan saya harus memulai minggu kuliah lagi, menghadapi kalkulus lagi di hari senin. 

Makanya, untuk menghabiskan hari sabtu dan minggu yang indah, biasanya saya balas dendam. Saya memaksimalkan sabtu-minggu untuk waktu tidur, waktu nyuci, waktu gambar, waktu belajar, dan waktu ngerjain tugas. Soalnya hari lain bakal ga fokus karena mikirin matkul hari esoknya. 
Mengerjakan tugas selagi bisa
Kadang, hari minggu saya gunakan untuk main basket di Higashiyama Gym. Ga sama orang Indonesia aja, ada beberapa orang Jepang juga. Sejenis circle gitu lah. Tapi range umurnya random banget sih, yang cewe selain saya itu ada Akou-san, umurnya udah 34 taun tapi masih lincah banget mainnya, bahkan saya aja kalah staminanya.


Ini lapangan indoor nya
Nah ini saat mereka lagi main dan saya istirahat
Abis basket biasanya saya makan sore menjelang malem gitu sama senpai-chan. Ohya, senpai-chan juga main soalnya. Jadi kadang karena laper, kami nyari makan deket situ. Yang murah aja, paling sushi atau udon lah.


Restoran sushi
Saya emang norak, gatau kalau resto sushi modelnya gini
Sushi yang normal, saya lupa namanya
Sushi dengan smoked tuna
Saya habis 6 piring
Toko Udon
Satu porsi torotama udon
Kadang beli taiyaki, ini tokonya
Ini taiyaki-nya
Selain main basket, kadang juga saya pergi jalan-jalan atau belanja gitu, ngusir penat. Tapi paling ampuh sih kalau main basket. Selain bikin badan sehat, setelahnya juga saya merasa lebih lega dan bersemangat. Atau selain semua hal itu, tentunya saya menyempatkan waktu untuk mengasah hobi saya, yaitu menggambar. Kadang saya juga belanja untuk membeli alat gambarnya.
Alat gambar yang saya beli, lebih murah dari di Indonesia
Salah satu hasil karya saya
Nah itulah cara saya untuk spending weekend. Termasuk hari ini. Dan, minggu malam adalah saat yang paling tak saya suka, karena saya harus menyelesaikan report kalkulus saya, yang selalu tak selesai meski sudah seminggu berusaha saya kerjakan.

Mungkin sampai sini dulu, berikutnya saya ceritakan tentang weekday saya yang membosankan dan matkul yang saya ambil.

Salam,
Mitzi Alia

Friday, June 26, 2015

Moslem in Kyoto

Oyasumi.

Tanya jam berapa, maka ini sudah jam 23.37 di tempat saya. Akhir-akhir ini saya banyak tugas. Yah, bukan akhir-akhir ini saja, saya memang selalu banyak tugas, tapi kali ini lebih banyak lagi. Ada 6 report yang harus saya tulis, 3 presentasi yang harus saya siapkan, dan 1 portfolio yang harus dikerjakan. Oke, dalam waktu 2 minggu, saya harus sanggup menyelesaikannya. Mustahil? Mungkin. Tapi tentu saja tak akan selesai jika saya hanya memikirkan apa yang harus saya kerjakan.

Puasa pun telah dimulai. Baru seminggu saya melaui puasa di negeri orang. Rasanya saya rindu ta'jil yang biasa saya dapat di rumah, rindu makanan Indonesia yang bisa memuaskan lidah saya. Ah, tak ada gunanya pula membayangkan hal itu. Puasa mulai terasa berat, suhu di sini semakin memanas, dehidrasi pun semakin cepat. Saya harus bertahan dengan cuaca ini, puasa selama 16 jam, subuh jam 2.55 dan maghrib jam 19.15. Yah, berat sih, tapi apa boleh buat kan. Mengeluh juga tak meringankan beban. Selagi saya bisa, tertawalah untuk kesulitan ini.

Oke, cukup ceritanya, kali ini saya akan membahas sedikit tentang kehidupan muslim di Kyoto. Sebenarnya cukup mudah. Walau tidak semudah di Indonesia, tapi kami masih bisa menemukan makanan halal, restoran halal, bahkan kami memiliki masjid (mungkin setara dengan musholla kalau di Indonesia) yang juga memiliki kooperasi yang kebanyakan isinya makanan Indonesia. Mungkin karena muslim di sini didominasi oleh orang Indonesia, makanya makanannya juga kebanyakan dateng dari Indonesia. Bagi cowok, keberadaan tempat ini pasti sangat melegakan, karena mereka harus solat jumat tiap minggu kan.
Ini musholla nya
Pintu masuknya
Kadang juga PPI Kyoto mengadakan pengajian bersama di daerah tertentu, beberapa juga saling tukar pendapat tentang masakan, dan toko-toko tertentu yang menjual makanan atau bahan halal. Saya juga baru menemukan site yang khusus mensupport kehidupan muslim di Kyoto, di sini.

Di Kyodai sendiri, cuma ada 2 tempat untuk solat. Dan saya rasa itu bukan 'officialy' buat solat sih. Tapi kebanyakan orang solat disitu, kadang zuhur biasanya kita jamaah 4 orang lah.
Lokasi musholla di Kyodai
Setidaknya saya tidak merasa terlalu kesulitan. Di bulan puasa ini pun beberapa teman juga tau tentang Ramadhan. Jadi saya tak perlu banyak menjelaskan tentang apa itu puasa pada mereka, mereka paham kalau kita 'tak boleh makan saat matahari di langit'.

Sabtu kemarin, 20 Juni 2015, PPI Kyoto sudah mengadakan buka bersama Alhamdulillah. Banyak banget makanannya, sampai saya kenyang banget. Bahkan makanannya masih sisa, dan kami bisa membungkusnya pulang untuk sahur atau buka besoknya. Semua makanan ini dibuat sama warga Indonesia. Mereka benar-benar mempersiapkan acara ini.
Agar-agar
Makanan utama
Makanan utama
Beberapa orang sudah menunggu buka
BAHKAN ADA YANG BUAT PEMPEK
Memuaskan lah program seperti ini. Sabtu ini juga sebenarnya akan ada buka bersama, tapi bukan di Kyoto, jadi terlalu jauh buat saya untuk ke sana. Mungkin kali ini saya tidak ikut. Selain karena jauh, masih banyak tugas saya juga yang menunggu diselesaikan.

Selain itu, saya juga membeli kurma di kooperasi masjid. Tapi tentu saja harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan Indonesia, yaitu sekitar ¥1,200 untuk 1kg. Karena terlalu banyak, saya pun patungan dengan senpai-chan. Ups, maaf, saya biasa memanggilnya begitu. Dia senpai tahun ke-4, satu-satunya senpai yang dekat dengan saya mungkin. Saya sudah banyak merepotkannya, saya harap suatu saat bisa membalas kebaikannya.
Kurma yang saya beli, eh 'kami' beli
Oke mungkin cukup dulu infonya. Yang jelas, menjadi muslim di sini tidak sesulit yang dibayangkan, karena kami punya kumpulan PPI Kyoto yang mayoritas muslim. Jadi tidak ada masalah untuk makanan, solat, puasa dan hal lainnya.

Salam,
Mitzi Alia.

Sunday, June 21, 2015

Welcome Party


Halo.

Karena saya sudah lama sekali tidak posting, akhirnya banyak postingan tertunda. Oke kali ini saya akan bercerita sedikit tentang welcome party yang rabu lalu, 17 Juni 2015, saya hadiri.

Pesta ini ditujukan untuk semua international freshmen dan exchange students. Awalnya saya ragu untuk menghadiri acara ini, karena saya pasti beresiko untuk pulang malam naik sepeda. Tapi karena saya sudah mengisi data kehadiran 2 minggu yang lalu, mau tak mau saya harus ikut acara ini.

Dibilang welcome party, tapi saya sudah 2 bulan disini. Mungkin lebih tepat kalau dibilang after midterm party ya, karena minggu lalu saya baru saja menghadapi ujian tengah semester. Dan di saat itulah saya sangat hectic dan 'stress'. Tentu saja stress ya, karena ini adalah ujian pertama saya. Saya sama sekali tak ada bayangan tentang jenis soal, penilaiannya, dan jumlah soal yang akan keluar. Maka dari itulah saya merasa sangat tertekan. Ditambah pula, saya menghadapi 2 UTS sekaligus di hari yang sama, UTS fisika dan UTS algebra. Sangat menjadi beban. Tapi setelah hal itu berlalu, rasanya saya menjadi lebih ringan.

Oke, akhirnya saya pun menghadiri acara welcome party ini. Saya bertemu beberapa orang Indonesia yang biasa saya temui saat acara kumpul PPI Kyoto. Ternyata banyak juga ya orang Indonesia, bahkan ada beberapa yang belum saya kenali. Welcome party ini dimulai ja, 18.30, setelah pembukaan oleh President of Kyoto University. Sungguh kehormatan bagi saya untuk bisa berjumpa dengan President of Kyodai sedekat ini. Tak semua orang mendapat kesempatan langka seperti ini. Dan saya baru sadari, inilah kelebihan dari international students. Kami sangat disambut dan dihormati oleh mereka.
Ini President of Kyoto University

Setelah sambutan-sambutan, kami pun mengambil gelas dan mengisinya dengan air minum. Kemudian bersama-sama kami bersulang dan berteriak 'Kanpai!'. Cukup ramai dan mewah. Banyak makanan yang dihidangkan, bahkan ada makanan khusus berlabel 'halal'. Wah, sungguh baik sekali pihak Kyodai. Beberapa juga ada makanan khusus vegetarian yang sudah pasti aman untuk kita makan. Makanan Jepang lain juga kebanyakan menggunakan sayur dan ikan mentah seperti tempura, sashimi dan sushi, sehingga kami bisa leluasa untuk memilih makanan. 

Ini hall Welcome Party yang digunakan
Makanan yang dihidangkan
Sembari makan hidangan, kami berkeliling saling berkenalan dengan sesama murid internasional. Kesempatan yang langka untuk saling mengenal. Acara yang bagus untuk kami, sebagai minoritas di sini. 

Selain berbicara dengan orang-orang, pihak Kyodai juga mengadakan pertunjukan kecil, seperti tarian Jepang, nyanyian, dan trik-trik unik (yang saya tak tau apa namanya, mereka hanya memainkan bola dan kotak, seperti sirkus).

Sekitar jam 20.30, pesta pun selesai, dan kami dipersilakan untuk pulang, sebab ruang hall yang dijadikan tempat pesta akan segera dibersihkan dan ditutup. 

Acara yang menarik, sayangnya karena terlalu menikmati acara tersebut, saya tidak terlalu banyak mengambil foto.


Salam,
Mitzi Alia

Saturday, June 20, 2015

Air

Hisashiburi ne.

Sudah lama sekali sejak saya terakhit kali post ya, sekitar 3 minggu yang lalu. Yah, bukannya saya tidak mau ngurus blog ini lagi, tapi memang saya lagi tidak banyak ide untuk diceritakan. Mungkin ide itu banyak, hanya saja saya tidak punya cukup banyak waktu untuk menulis.

Sebelumnya saya pernah membahas tentang sungai bukan? Nah kali ini saya akan membahas sistem air di Jepang. Mungkin saya hanya mengambil contoh dari Kyoto yang saya tahu, tapi daerah lain juga tidak banyak berbeda.

Sumber air di Kyoto yaitu berasal dari sebuah danau besar, namanya danau Biwa (琵琶湖; Biwako). Danau ini, saya pikir sama besarnya dengan danau Toba yang ada di Sumatera Utara, ternyata lebih besar dari itu. 
Ini Biwako dari atas
Danau ini merupakan danau tempat sumber air murni untuk daerah Kansai. Karena itu keberadaan dan kebersihan danau ini sangat penting untuk orang Kyoto, karena danau ini adalah sumber kehidupan mereka. 


Terbayang seberapa besarnya?
Air dari danau ini dialiri menuju rumah-rumah melewati kanal-kanal terbuka. Tidak di bawah tanah. Mungkin kalian tidak akan terbayang bahwa aliran kanal ini akan tetap bersih hingga sampai ke rumah warga. Karena siapapun bisa melihat aliran air itu dan bisa 'membuang' sampah ke dalamnya. Well, itu kalau kita masih berpikiran kita di Indonesia. Sayangnya ini di Jepang, hal semacam itu takan pernah terjadi.

Ini salah satu kanal dari Biwako
Kanal-kanal yang berasal dari danau ini terus mengalir, dari kanal besar yang terbuka hingga kanal kecil yang memiliki filter menuju rumah-rumah warga. Tidak seperti di Indonesia yang kita harus membeli air bersih per galon, Jepang menggunakan aliran semacam ini untuk mendistribusikan air bersih. Sehingga setiap air yang mengalir di rumah itu adalah air bersih. Kita bebas minumm melalui keran yang ada di rumah. Dan bagi saya ini juga sangat efektif dalam pendistribusian air. 

Danau ini sudah terkenal dari jaman dulu di Jepang. Orang Jepang terus menjaga kebersihan danau ini karena mereka sangat sadar bahwa tanpa danau ini, mereka taakan bisa minum air bersih. Selain hal ini, hal yang membuat saya kagum yaitu bahwa orang Jepang dari dahulu telah memikirkan hal semacam ini. Saat Indonesia masih sibuk dengan kekuasaan, penjajahan, dan hal lain, pemerintah Jepang telah membangun sistem pendistribusian semacam ini, untuk keberlangsungan perkembangan Jepang di masa yang akan datang.

Inilah kelebihan Jepang, bahwa mereka menyusun strategi pembanghunan demi menjaga keberlangsungan negara mereka. Pikiran mereka sangat maju dan melihat ke depan. Ini lah hal yang belum kita, sebagai warga Indonesia, miliki.

Saya sendiri juga meskipun jurusan teknik, mengambil mata kuliah 'sustainable development' yaitu yang mempelajari cara untuk mempertahankan perkembangan suatu strategi. Misalnya mempertahankan kelangsungan negara, kelangsungan pemerintahan, kelangsungan air, kelangsungan ekonomi, kelangsungan sosial, dan lain-lain.


Dan, saya berharap, tulisan saya ini bisa menjadi baku tembak bagi kalian, warga Indonesia, yang masih hanya mekikirkan diri sendiri. Sudah saatnya kalian melihat ke depan, melihat kelangsungan masa depan generasi kalian berikutnya jika kalian masih ingin melihat negeri tercinta kita ini berdiri dengan independen.



Salam,
Mitzi Alia