Friday, July 31, 2015

Lebaran dan Typhoon

Ohayou!

Akhirnya! Semester 1 pun berlalu! Akhirnya saya berhasil menyelesaikan semua final exam dan report yang membebani saya selama ini lol. Akhirnya saya bisa merasakan libur musim panas yang telah di depan mata. Berbagai rencana sudah tersusun rapi untuk me-refresh otak saya yang sedikit over-working. Yah, untuk mempersiapkan final exam saja saya harus beberapa kali tidak tidur. Saya sampai nginap di kampus buat belajar. Ohya enaknya di sini ada 24H room buat mahasiswa yang mau belajar di kampus. Dan saya agak syok pas ikut 'menginap', ternyata rame banget sama orang Jepang. Hebat ya mereka belajarnya beneran ga tidur semaleman! Yah walau saya juga pada akhirnya melakukan hal yang sama.

Kebetulan saya 'masih' di kampus, baru menyelesaikan report terakhir saya yang harus dikumpulkan hari ini. Dan saya benar-benar belum tidur dari kemarin. Setidaknya tugas saya selesai dan saya bisa bernapas lega.

Nah, untuk kali ini saya mau membahas tentang lebaran di Kyoto. Mungkin udah telat ya, soalnya saya baru sempat lagi menulis. Sebelumnya saya benar-benar fokus untuk meghadapi final exam.

Sunday, July 19, 2015

Gion Matsuri



Dear readers,

Alhamdulillah Ramadhan berlalu dengan lancar. Puasa di Kyoto emang ga mudah, tapi setidaknya saya berhasil melaluinya. Walau agak sedih juga sih ga bisa ngerayain sama keluarga, ketupat, dan opor istimewa. Yah apa boleh buat. Pembahasan tentang lebaran di Kyoto akan saya tunda dulu ya.

Oke, dari judulnya pasti bisa nebak kan, ya itu loh, Festival Gion atau Gion Matsuri yang sangat terkenal di Jepang. Festival ini adalah salah satu festival terbesar dan termenarik di Jepang. 
Gion Matsuri
Lalu apa sih Gion Matsuri itu? Awalnya sih didasarkan pada ritual keagamaan yang fungsinya sebagai ritual 'purification' atau sebagai penyucian. Tapi makin lama, akhirnya festival ini jadi budaya Jepang yang sangat unik. 

Festival ini berlangsung selama 1 bulan, yaitu bulan Juli. Awal bulan Juli, sepanjang jalan dari Sanjo hingga Shijo akan disuasanakan Gion Matsuri dengan memasang lampion-lampion di trotoar dan menyetel musik-musik khas Gion Matsuri. Semakin mendekat ke acara puncak, semakin banyak orang Jepang dan turis yang ikut meramaikan Gion Matsuri dengan memakai yukata, kimono musim panas, untuk sekedar berjalan-jalan di daerah Sanjo Street hingga Shijo Street. 

Gion Matsuri ini memiliki 2 kali main event, tanggal 17 dan 24 Juli. Malam sebelum main event disebut dengan yoiyama, 2 malam sebelum main event disebut dengan yoiyoiyama, dan 3 malam sebelum main event disebut yoiyoiyoiyama. Unik ya? Berhubung Gion Matsuri ini adalah festival termeriah, banyak turis yang akan datang dan melihat, makanya semakin mendekati main event, jalan Gion-Shijo-Karasuma akan ditutup untuk kendaraan umum, sebab akan banyak orang-orang berjalan dengan menggunakan yukata untuk ikut memeriahkan Gion Matsuri.

Lalu, apa yang ada di main event? Nah di main event ini, sekitar 40 yamaboko (sejenis floating) bakal diiring. Singkatnya ada parade yamaboko melewati rute-rute tertentu. Yamaboko ini juga beda-beda jenisnya, dari yang paling sacred dan besar, hingga yang biasa saja. 
Ini prosesi parade (source)
Prosesi parade (source)
Ini yamaboko yang saya lihat
ada orang di atasnya yang sedang memainkan musik

Tentunya, sebagai pemula di Kyoto, saya juga tidak mau ketinggalan acara istimewa dan meriah ini di Kyoto. Untunglah salah satu organisasi Jepang-Indonesia APIJ, memberikan kami pinjaman yukata bagi mereka yang tertarik untuk ikut turun meramaikan Gion Matsuri. Kesempatan ini tentu tidak saya sia-siakan, saya pun ikutan untuk memakai yukata dan menikmati suasana yoiyoiyama di Shijo-Kawaramachi Street.
Banyak orang berkeliaran dengan yukata
Ini daerah Gion
Ini daerah Karawamachi
Saya dengan yukata
Untuk meminjam yukata, kami harus datang ke suatu restoran Indonesia bernama 'Bali-Bali', di situ ada 2 orang Jepang anggota APIJ yang akan membawakan yukata dan memakaikan yukata pada kami. Setelah semua siap, kami boleh keluar untuk jalan-jalan. Sayangnya saat itu sangat panas, yah karena memang sudah masuk musim panas. Jadi terasa sangat lelah, meskipun kami jalan-jalan saat malam hari. Saya melihat yamaboko yang akan digiring ternyata sudah disiapkan di jalan. Dan benar saja, sangat besar. Saya tidak terbayang kalau mereka benar-benar harus menarik floating itu melewati rute tertentu di siang hari saat summer seperti ini.
Ada orang yang bermain musik tradisional
Bagian belakangnya seperti tempat berdoa
Setelah puas menikmati malam, sekitar jam 10 malam, kami kembali ke Bali-Bali dan mengembalikan yukata pinjaman itu. Barulah kami pulang. Sungguh pengalaman yang unik, pertama kali saya mengenakan yukata dan berjalan-jalan di Jepang bersama orang-orang Jepang yang juga menikmati Gion Matsuri dengan beryukata. 

Tapi, yang membuat saya heran adalah, besok malamnya setelah kami beryukata, badai tiba-tiba menimpa daerah Kyoto. Emergency alert tentang 'typhoon' dann 'landslide' silih berganti masuk ke hp saya. Sungguh mengerikan. Ini pertama kalinya bagi saya untuk menghadapi cuaca ekstrem seperti ini. Badainya memang cukup besar, dengan ujan lebar dan angin yang bertiup kencang sehingga menimbulkan suara tiupan angin dan menggerakan jendela kamar saya.
Sungai Kamo sampai meluap
Hujan deras di hari lebaran
Yang saya khawatirkan adalah kelangsungan Gion Matsuri. Saya tidak tahu apakah tetap berlangsung atau tidak, tapi yamaboko yang telah disiapkan pastinya akan diguyur hujan dan angin. Ditambah di hari main event kemarin, yaitu 17 juli, adalah puncak badai dimana saya mendapat alert 2 kali, peringatan tentang peak of typhoon dan landslide di beberapa tempat tinggi. Sungguh mengerikan.
Pringatan pertama
Peringatan kedua
Saya sungguh kagum dengan teknologi Jepang, semua orang bisa langsung mendapat alert semacam ini. Jadi proses evakuasi jika terjadi sesuatu akan lebih mudah. Alarm ini juga berbunyi sendirinya, membuat saya kaget mendapat peringatan semacam ini.

Tapi, yah, selain semua itu, saya harap alat-alat dan perlengkapan Gion Matsuri aman-aman saja. Saya yakin orang Jepang telah mempersiapkan yang terbaik untuk menghadapi cuaca seperti ini.


Salam,
Mitzi Alia.

Sunday, July 5, 2015

Du-Nou

Ohayo gozaimasーsu.
Aahh, hari ini minggu, berarti besok senin. Dan saya harus menyelesaikan report kalkulus saya. Ckck, lelah.

Oke mungkin banyak yang berpikir tentang judul kali ini, apaan nih? Bagi yang udah tau, wah kalian hebat! Karena saya juga baru tau istilah ini dari dosen. Jadi ceritanya 2 minggu yang lalu, ada seminar di kelas saya, yang pengisi seminarnya adalah Prof. Makoto Kimura, salah satu profesor geomechanics di Kyodai. Well, saya sangat impressed dari seminarnya. Awalnya saya kira beliau orang yang strict gitu, soalnya pas mau mulai seminar, tiba-tiba beliau marah-marah di kelas kami karena kami waktu itu berisik. Beliau bilang "Kalian ini anak TK ya? Pantes aja sekarang rank civil engineering di Kyodai jadi turun, ya gimana penerusnya aja kaya gini" wah wah, saya langsung mikir, "Hah apa-apaan nih, kenal aja belom udah diginiin". Tapi ternyata setelah kenal, saya malah kagum banget sama beliau.
Ini Prof. Kimura (source
Oke, jadi seminar beliau itu nyeritain tentang hidup beliau. Tidak juga sih, beliau nyeritain hidup beliau dan projek besar beliau. Beliau udah keliling dunia cuma untuk benerin jalan. Oke ini lucu, dan terdengar biasa aja, gaada yang wah. Tapi, saya sangat kagum dengan pekerjaan beliau. Beliau bilang ini sebagai "hobi" aja buat keliling dunia dan benerin jalan. Padahal sebenernya mah ini pekerjaan luar biasa.
Ini saat beliau perbaikin jalan (source)
Beliau menciptakan sebuah teknik untuk memperbaiki jalan TANPA menggunakan alat berat yang biasa kita liat di jalan itu loh, buat aspal dll. Beliau buat jalan cuma bermodalkan "Du-Nou". Wah apa itu Du-Nou? Nah inilah yang beliau ciptakan. Du-Nou itu sejenis karung plastik, terbuat dari polipropilen, yang didesain khusus supaya kuat, anti air, dan bisa mencegah lumpur di daerah yang sering ujan. Makanya sering dipake di daerah tertentu untuk pencegahan banjir. 
Inilah Du-Nou (source)
Caranya? Nah plastik-plastik Du-Nou itu nanti diisi tanah, diiket. Jadilah gundukan-gundukan gitu. Jalanan yang rusak nanti digali dengan kedalaman tertentu, terus gundukan Du-Nou nya disusun rapi di jalanan itu, secara rapat. Setelah disusun, Du-Nou nya di compact supaya datar dan kuat. Nah, bagian paling atasnya, dilapisin lagi sama tanah supaya ketutup plastik Du-Nou nya. Jadilah jalan yang kuat dan tahan lama!
Ini artikel tentang Du-Nou
Penjelasan tentang Du-Nou
Nah ini cara bangun Du-Nou
Terdengar sederhana ya, terus buat apa sih perbaikin jalan sampe keliling dunia? Beliau bilang sih ini hobi aja, padahal mah ada alasannya juga. Kalian tahu, di negara yang masih kurang maju, banyak orang-orang kesusahan untuk mendapatkan sumber air, kesehatan, dan makanan. Mereka harus melalui jalur-jalur jauh hanya untuk mencukupi kebutuhan mereka. Jalan yang mereka lewati itu kebanyakan hanya terbuat dari tanah yang rawan. Ini artinya kalau musim ujan atau badai gitu, jalanan bisa rusak dan lubang-lubang besar  terbentuk. Tentunya ini menghambat mereka untuk mendapatkan kebutuhan mereka, mereka tak bisa melalui jalan itu untuk mendapatkan makanan, air, atau yang lebih parah untuk penanganan orang yang sedang kritis. Karena itulah, penghubungan, pembangunan, dan perbaikan jalan sangat penting bukan?

Selain hal itu juga, Du-Nou ini dikembangan supaya semua orang bisa melakukannya. Dari sinilah small civil engineers terbentuk. Prof. Kimura melahirkan teknik sipil kecil dengan memberi mereka pengetahuan untuk memperbaiki jalanan mereka sendiri. Dengan begini, orang-orang itu tak lagi bergantung pada siapapun, mereka bisa membantu desa mereka sendiri. 

Dan setelah adanya perbaikan jalan ini, aktivitas ekonomi, sosial dan kesehatan di negara-negara yang telah dikunjungi menjadi lebih berkembang tentunya. Mendengar hal ini, saya sangat terkagum-kagum. Pekerjaan beliau sangatlah mulia. Beliau bahkan tidak menagih apapun setiap kali kunjungan ke negara-negara tersebut. Ini hanya "hobi" beliau untuk menyebarkan metode Du-Nou ke seluruh dunia, begitu katanya. Beliau juga berceletuk, "Dari 'Don't know' (re:donno), jadi 'Do know' (re:dunou) yang terakhir 'Do now' (re:dunau)" dan seisi kelas pun tertawa.

Wah, wah, memang sungguh semua Profesor Kyodai itu luar biasa ya. Saya tidak sabar untuk belajar lebih dalam di kampus ini.

Salam,
Mitzi Alia.