Thursday, September 24, 2015

KiDS

Konbanwa!

Sebelumnya, selamat hari raya Idul Adha! Alhamdulillah Idul Adha bisa saya rayakan bersama keluarga di rumah.

Nah berhubungan dengan judul kali ini, KiDS yang saya maksudkan bukan dalam arti "anak-anak", tapi singkatan dari Kyoto University Disaster Prevention School. Nah inilah acara yang saya jalani selama di Jogjakarta. Baru saja kemarin saya kembali dari Jogja setelah menyelesaikan misi yang dibebankan pada 5 orang Indonesia (termasuk saya) dan 5 orang Jepang itu.

Lalu, apasih KiDS ini? Ya, secara kasarnya sih program ini mirip dengan penyuluhan tentang bencana alam ke berbagai SD yang ada kemungkinan rawan bencana. Pendidikan kaya gini sangat penting untuk ditanamkan pada anak-anak sejak dini supaya tingkat kesadaran mereka meningkat dan bisa mengurangi korban yang mungkin berjatuhan jika bencana tersebut datang. Inilah tujuan utama KiDS.

Selain mengunjungi SD untuk penyuluhan, kami juga mengunjungi badan atau organisasi yang bekerja di bidang pengamatan dan mitigasi bencana alam, seperti BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) dan PSBS UGM (Pusat Studi Bencana Alam UGM). 

Kami memulai acara tanggal 17 september, pertama kami mengunjungi BPBD DIY dan BPPTKG (Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian) untuk mengenalkan dan menjelaskan tentang program KiDS. Kami juga bisa berdiskusi tentang program apa saja yang telah dilakukan BPBD untuk daerah Jogja ini demi mitigasi bencana. Yah seperti yang telah diketahui kalau Jogja itu tempat rawan 3 bencana, gempa, tsunami dan gunung berapi. Menurut BPBD, Jogja telah membuat program seperti SSB (Sekolah Siaga Bencana) di beberapa SD, Destana (Desa Tahan Bencana) dan beberapa Komunitas peduli bencana, barak bencana, tim untuk pengendalian bencana, dan lain-lain. Hanya saja yang saya ragukan adalah kelancaran jalannya program tersebut, sejauh ini yang saya dengar dari BPBD, baru sebagian kecil sekolah yang telah menjadi SSB dan sedikit sekali desa yang telah bersertifikat Destana. Padahal bencana bisa datang kapan saja. Birokrasi menyulitkan dan menghambat sekolah dan desa untuk mendapatkan informasi mengenai ini.
Ini saat di BPPTKG
Ruang kontrol BPPTKG

Karena itulah saya rasa program KiDS ini bisa membantu program SSB meski hanya sedikit. Kurangnya tenaga KiDS juga bisa menjadi salah satu kendala sedikitnya sekolah yang kami kunjungi selama di Jogja. Setelah dari BPBD DIY dan BPPTKG, kami mengunjungi PSBA UGM juga untuk perkenalan dan diskusi.

Tanggal 18 september kami awali untuk mengunjungi BPBD Sleman, kemudian mengunjungi museum Gunung Merapi. Setelah makan siang, kami pergi untuk tur Merapi di Desa Wisata Kinarejo Merapi. Inilah yang menyenangkan, kami menggunakan jeep dan melaju mendaki merapi hingga ketinggian tertentu dan melihat pemandangan yang indah dan menarik selama perjalanan. Kami juga melihat lokasi sisa-sisa desa karena meletusnya merapi dan bangker. Konon dulu ada cerita bahwa 2 orang desa pergi ke dalam bangker (yang memang dibangun sebagai tempat sembunyi dan melindungi diri saat merapi meletus) untuk menyelamatkan diri. Hanya saja sifat ruangan tertutup yang dipanaskan bagian luarnya akan menghasilkan ruangan yang seperti oven. Meski mereka berhasil menghindari debu volkanik, mereka meninggal karena terpanggang di ruangan yang bisa mencapai ratusan celcius. 
Museum Gunung Merapi
Gunung Merapi dari kejauhan



Inilah bangker yang mengorbankan 2 orang


Malam harinya kami ke alun-alun untuk menaiki mobil-mobilan sepeda, sepertinya orang Jepang sangat menikmati hal itu.


Tanggal 19 september adalah hari pertama kami memulai penyuluhan di SD Cangkringan 1 dan SD Cangkringan 2. Penyuluhan ini terdiri dari 3 tahap, mekanisme yaitu saat kami menampilkan sebuah drama antara Doraemon, Nobita dan Dorami yang menjelaskan tentang bagaimana gempa dan tsunami terjadi, response yaitu saat kami menampilkan sebuah video gempa dan tsunami yang terjadi di Jepang dan menampilkan drama oleh Doraemon, Nobita dan Dorami mengenai apa yang harus kita lakukan jika bencana alam terjadi, dan diskusi kelompok saat kami merangsang anak-anak untuk menentukan apa yang salah dan apa yang benar untuk dilakukan saat bencana alam terjadi.



Setelah itu, kami istirahat makan siang dan perjalanan menuju Candi Prambanan. Kami berjalan-jalan dan foto-foto disana hingga malam, dan pergi untuk melihat Ramayana Dance. Sungguh indah dan menarik. Sebelumnya saya pernah liat tarian ini dalam versi Bali di Uluwatu, tapi versi Prambanan juga tak kalah menarik dan indah. Tiketnya Rp. 100k per orang.
Sunset di Prambanan
Ramayana Dance
Tanggal 20 saatnya jalan-jalan. Kami pergi mendaki gunung purba. Ternyata cukup melelahkan, untungnya saya sampai ke puncak. Cukup rendah sih, hanya 700m. Tapi karena tak ada persiapan fisik dan perbekalan, bahkan beberapa orang Jepang salah kostum dan menggunakan sendal, kami jadi sangat lelah saat di puncak. Tapi pemandangannya sungguh indah. Saking senangnya, kami sempt foto lompat di puncak gunung. Hingga semua orang kebingungan melihat kami dan mungkin menganggap kami gila.




Setelah dari gunung purba, kami ke gua pindul, salah satu gua gua air yang terkenal. Kami harus basah untuk mengikuti tur ini, karena kami akan ditari dengan ban sambil dijelaskan sejarah gua tersebut. Meski hanya sebentar, kami sempat main-main di air dan bersenang-senang. 



Setelah itu, tak terasa sudah malam dalam perjalanan, kami makan malam di Bukit Indah, dimana kami bisa melihat pemandangan indah lampu-lampu rumah dan bangunan. Sungguh indah. Yah mungkin karena saya saja yang suka hal seperti ini jadi menurut saya ini sangat indah.

Tanggal 21 september kami mulai tugas kami lagi, mengunjungi SD Kaligondang dan SD Grogol di Bantul. Setelah makan siang, kami mengunjungi BPBD Bantul, lagi untuk perkenalan dan diskusi. Sorenya kami pergi ke Malioboro untuk belanja bagi orang Jepang.

Tanggal 22 september kami mengunjungi SD Ngasinan dan SD Sriharjo, inilah 2 SD terakhir yang kami kunjungi. Setelah istirahat makan siang, kami pergi mengujungi Laboratorium Geo-Spatial di dekat Parangtritis. Di sinilah saya baru tau bahwa ada kejadian unik di Jogja, yaitu terbentuknya sand dune jenis Barchan. Hanya saja gumuk pasir ini sekarang sudah tidak terlalu berbentuk karena penghijauan yang dilakukan oleh mentri perhutanan di atas gumuk tersebut. Tapi sejak 2015 ini Hamengkubuwono telah memerintahkan untuk merehab area tersebut karena gumuk pasir di parangtritis adalah satu diantara 3 sand dune di dunia yang berjenis barchan. Karena itulah pelestariannya sangat penting. 



Setelah dari lab, kami mengunjungi pantai Parangtritis. Kami bermain-main air dan melihat sunset disitu. Orang-orang Jepang terlihat seperti anak-anak meski mereka semua sudah tahun keempat. Mereka terlihat senang dan basah-basahan dengan puas. Tapi sayangnya ternyata mereka tak bawa baju ganti. Jadi mereka naik mobil dengan hanya bermodal celana dalam, astaga saya tak bisa percaya bahwa mereka murid tahun keempat di Kyodai, universitas terbagus kedua di Jepang.




Tanggal 23 september adalah hari terakhir. Saking lelahnya, kami berangkat setelah makan siang. Kami mengantar salah satu orang indonesia ke bandara karena dia pesawat sore, lalu kami ke borobudur untuk foto-foto. Kemudian ke bandara lagi untuk mengantar kepergian saya. Saya pesawat malam, jadi setelah dari Borbudur barulah saya diantar ke bandara. Perjalanan panjang sehingga saya sempat khawatir apakah saya bisa mengejar pesawat saya. Untunglah sempat terkejar.




Dan yah itulah garis besar acara KiDS tahun ini. KiDS sebenarnya diadakan tiap tahun, meski di tempat yang berbeda-beda. Menarik tapi melelahkan. Banyak hal yang lucu, menyenangkan dan unik terjadi selama seminggu itu. Saya harap bisa lebih lama lagi, hanya saja hari ini adalah idul adha, jadi saya ingin bisa pulang ke rumah saya dan idul adha bersama keluarga. Maka dari itu saya pulang kemarin malam.

Salam,
Mitzi Alia

No comments:

Post a Comment