Friday, July 31, 2015

Lebaran dan Typhoon

Ohayou!

Akhirnya! Semester 1 pun berlalu! Akhirnya saya berhasil menyelesaikan semua final exam dan report yang membebani saya selama ini lol. Akhirnya saya bisa merasakan libur musim panas yang telah di depan mata. Berbagai rencana sudah tersusun rapi untuk me-refresh otak saya yang sedikit over-working. Yah, untuk mempersiapkan final exam saja saya harus beberapa kali tidak tidur. Saya sampai nginap di kampus buat belajar. Ohya enaknya di sini ada 24H room buat mahasiswa yang mau belajar di kampus. Dan saya agak syok pas ikut 'menginap', ternyata rame banget sama orang Jepang. Hebat ya mereka belajarnya beneran ga tidur semaleman! Yah walau saya juga pada akhirnya melakukan hal yang sama.

Kebetulan saya 'masih' di kampus, baru menyelesaikan report terakhir saya yang harus dikumpulkan hari ini. Dan saya benar-benar belum tidur dari kemarin. Setidaknya tugas saya selesai dan saya bisa bernapas lega.

Nah, untuk kali ini saya mau membahas tentang lebaran di Kyoto. Mungkin udah telat ya, soalnya saya baru sempat lagi menulis. Sebelumnya saya benar-benar fokus untuk meghadapi final exam.


Jadi kalau ditanya 'apa rasanya lebaran di Kyoto?' saya akan jawab 'GA ADA FEEL-NYA'. Yap, itulah yang saya rasakan. Tentunya beda negara, beda kalender nasionalnya. Jadi saat hari lebaran pun saya ada kelas. Di hari lebaran pula Kyoto sedang ditimpa typhoon, ujan deras dan angin kencang. Wah, wah, makanya saya bilang ga ada feel-nya. 

Oke pagi itu, hari dimana semua orang merayakan lebarannya, adalah hari dimana peringatan bahwa typhoon akan datang melanda Kyoto. Memang hujan telah turun dari subuh diikuti angin cukup kencang. Uniknya, di Kyoto ada sejenis 'emergency alert' yang langsung masuk ke HP semua orang. Peringatan tentang typhoon dan ga boleh keluar rumah untuk daerah tertentu. 
Ini peringatannya
Saya sangat terpukau dengan sistem ini, jadi kemungkinan untuk orang 'tidak tahu' atau 'telat mendapat info' tentang evakuasi atau peringatan tertentu bisa berkurang. Hebat bukan? Tapi karena peringatan ini bukan buat daerah dimana saya tinggal, dan subway masih bisa berfungsi, saya pun bisa pergi ke lokasi solat ied. Solat ied dimulai pukul 9 pagi di Miyako Messe. Cukup ramai orang, tidak cuma orang Indonesia tentunya, tapi ada juga orang Malaysia, Egypt, dll. 
Nah ini suasana sebelum solat ied
Setelah solat selesai, ada sedikit ceramah berbahasa inggris dari sang imam, lalu semua orang bisa bubar. Berhubung mayoritas orang yang datang adalah orang Indonesia, kami khusus mengadakan makan-makan di lokasi setelah ceramah. Ibu-ibu yang telah memasak pun menjajakan makanannya dan semua orang bisa menyantap makanan yang tersedia. Tentunya menu spesial lebaran, opor dan ketupat, ada di salah satu hidangan yang disajikan. 
Makan-makan setelah solat
Sayangnya kita hanya dikasih waktu terbatas karena pemesanan tempatnya. Dan kami harus mengakhiri kumpulnya sekitar pukul 12. Alhasil pula saya terpaksa bolos periode 2, jam 10.30-12.00 karena menghadiri acara ini. Yah, apa boleh buat ya. Setelah itu saya langsung ke kampus, untuk mengikuti pelajaran periode 3 dan 4.

Sampai siang itu pun hujan deras masih mengguyur Kyoto. Cukup menyedihkan. Sama sekali tidak ada feel lebaran khidmat yang biasa saya rasakan saat di Indonesia. Yah mungkin karena saya jauh juga dari keluarga ya, apa boleh buat sih. Mungkin bagi kalian yang juga perantau pasti merasakan hal yang sama, atau mungkin kebetulan saja kondisi Kyoto yang lagi diguyur hujan jadi memperburuk keadaan ya.

Ternyata sore hari saya mendapatkan lagi peringatan seperti tadi pagi, peringatan untuk evakuasi di daerah yang berpotensi longsor, karena hujan tak berenti mengguyur Kyoto.
Yang ini peringatan kedua
Alhasil dari typhoon yang datang di Kyoto, sungai Kamogawa pun meluap, aliran air sangat deras. Wah wah saya baru pertama kali melihat hal seperti ini. Tapi yang saya suka adalah kesigapan pemerintah Jepang untuk mengatasi hal semacam ini. Mungkin karena hal ini sudah biasa terjadi di Jepang, sehingga mereka bisa belajar cara untuk mengatasi masalah semacam ini. 
Kamogawa meluap
Permukaan air naik drastis
Bagaimana dengan Indonesia? Banjir selalu terjadi tapi tidak ada perubahan. Mungkin kita perlu belajar banyak dari negeri orang untuk menjadi lebih maju ya.

Esoknya, keadaan membaik, malah panas, seakan kemarin tidak terjadi typhoon. Ya ampun, saya tak percaya ada musim semacam ini, terlalu drastis. Panas di sini sangat menyebalkan karena udara yang lembab dan panas, menimbulkan rasa pengap yang tak nyaman. Meski suhu aslinya tak sepanas Indonesia, tapi rasanya jauh lebih panas karena humidity yang terlalu tinggi. Dehidrasi tak bisa dihindari di saat seperti ini. 

Berhubung typhoon sudah lewat, beberapa warga PPI yang 'single' pun melanjutkan rencana untuk mengadakan makan-makan H+1 lebaran. Khusus untuk warga PPI yang belum berkeluarga haha. Yah lumayan lahya buat kumpul-kumpul dan menikmati makanan yang kami masak sendiri.
Persiapan sebelum makan-makan.
Makanan yang disajikan
Kebetulan saya bagian buat martabak, walau ga mirip
Selamat makan!
Dan akhirnya Ramadhan pun berlalu, entah harus bersyukur atau sedih. Tapi kalau cuaca panas pengap ini terus berlanjut, saya sangat bersyukur bahwa Ramadhan telah berakhir.


Salam,
Mitzi Alia.

No comments:

Post a Comment