Akhirnya! Semester 1 pun berlalu! Akhirnya saya berhasil menyelesaikan semua final exam dan report yang membebani saya selama ini lol. Akhirnya saya bisa merasakan libur musim panas yang telah di depan mata. Berbagai rencana sudah tersusun rapi untuk me-refresh otak saya yang sedikit over-working. Yah, untuk mempersiapkan final exam saja saya harus beberapa kali tidak tidur. Saya sampai nginap di kampus buat belajar. Ohya enaknya di sini ada 24H room buat mahasiswa yang mau belajar di kampus. Dan saya agak syok pas ikut 'menginap', ternyata rame banget sama orang Jepang. Hebat ya mereka belajarnya beneran ga tidur semaleman! Yah walau saya juga pada akhirnya melakukan hal yang sama.
Kebetulan saya 'masih' di kampus, baru menyelesaikan report terakhir saya yang harus dikumpulkan hari ini. Dan saya benar-benar belum tidur dari kemarin. Setidaknya tugas saya selesai dan saya bisa bernapas lega.
Nah, untuk kali ini saya mau membahas tentang lebaran di Kyoto. Mungkin udah telat ya, soalnya saya baru sempat lagi menulis. Sebelumnya saya benar-benar fokus untuk meghadapi final exam.
Jadi kalau ditanya 'apa rasanya lebaran di Kyoto?' saya akan jawab 'GA ADA FEEL-NYA'. Yap, itulah yang saya rasakan. Tentunya beda negara, beda kalender nasionalnya. Jadi saat hari lebaran pun saya ada kelas. Di hari lebaran pula Kyoto sedang ditimpa typhoon, ujan deras dan angin kencang. Wah, wah, makanya saya bilang ga ada feel-nya.
Oke pagi itu, hari dimana semua orang merayakan lebarannya, adalah hari dimana peringatan bahwa typhoon akan datang melanda Kyoto. Memang hujan telah turun dari subuh diikuti angin cukup kencang. Uniknya, di Kyoto ada sejenis 'emergency alert' yang langsung masuk ke HP semua orang. Peringatan tentang typhoon dan ga boleh keluar rumah untuk daerah tertentu.
Ini peringatannya |
Nah ini suasana sebelum solat ied |
Makan-makan setelah solat |
Sampai siang itu pun hujan deras masih mengguyur Kyoto. Cukup menyedihkan. Sama sekali tidak ada feel lebaran khidmat yang biasa saya rasakan saat di Indonesia. Yah mungkin karena saya jauh juga dari keluarga ya, apa boleh buat sih. Mungkin bagi kalian yang juga perantau pasti merasakan hal yang sama, atau mungkin kebetulan saja kondisi Kyoto yang lagi diguyur hujan jadi memperburuk keadaan ya.
Ternyata sore hari saya mendapatkan lagi peringatan seperti tadi pagi, peringatan untuk evakuasi di daerah yang berpotensi longsor, karena hujan tak berenti mengguyur Kyoto.
Yang ini peringatan kedua |
Kamogawa meluap |
Permukaan air naik drastis |
Esoknya, keadaan membaik, malah panas, seakan kemarin tidak terjadi typhoon. Ya ampun, saya tak percaya ada musim semacam ini, terlalu drastis. Panas di sini sangat menyebalkan karena udara yang lembab dan panas, menimbulkan rasa pengap yang tak nyaman. Meski suhu aslinya tak sepanas Indonesia, tapi rasanya jauh lebih panas karena humidity yang terlalu tinggi. Dehidrasi tak bisa dihindari di saat seperti ini.
Berhubung typhoon sudah lewat, beberapa warga PPI yang 'single' pun melanjutkan rencana untuk mengadakan makan-makan H+1 lebaran. Khusus untuk warga PPI yang belum berkeluarga haha. Yah lumayan lahya buat kumpul-kumpul dan menikmati makanan yang kami masak sendiri.
Persiapan sebelum makan-makan. |
Makanan yang disajikan |
Kebetulan saya bagian buat martabak, walau ga mirip |
Selamat makan! |
Salam,
Mitzi Alia.
No comments:
Post a Comment