Sunday, April 12, 2015

International Course Program of Civil Engineering

Panjang ya? Lumayan. Itu adalah nama kelas saya selama berkuliah di Kyoto University. Tidak banyak dari mahasiswa lokal Kyodai yang mengetahui adanya International Course di Kyodai. Setiap tahun bisa berbeda-beda jumlah muridnya, tergantung penerimaannya. Tahun saya, kelas ini berisikan 14 orang internasional dan 10 orang Jepang. Lumayan banyak bukan orang Jepangnya? Seperti yang sudah saya jelaskan bahwa kelas ini termasuk dalam program Global 30 milik pemerintah Jepang. 

Tentunya banyak perasaan bergejolak saat saya diterima kampus ini, perasaan bahagia karena akhirnya saya bisa bersekolah di Jepang, perasaan sedih karena harus meninggalkan tanah air, dan perasaan takut untuk menghadapi rintangan di sana.

Awal kali pertama saya bertemu dengan teman sekelas adalah dengan beberapa anak yang tinggal di dorm yang sama dengan saya. Meski tidak semua anak internasional tinggal di sana. Berikutnya kami berkenalan lebih banyak saat health check up. Kebetulan sekali bahwa kita bertemu saat sedang antri untuk health check up. Kami pun berkenalan, dan pada hari yang sama, Kyodai sedang mengadakan sejenis open recruitment bagi yang ingin mengikuti club di Kyodai. Karena itulah kampus sangat ramai dengan mahasiswa. Mungkin sama dengan saat Open House Unit ketika di ITB.

Setelah health check up, saya dan beberapa teman sekelas saya berkeliling Kyodai untuk menyaksikan keramaian tersebut. Saya sebenarnya hendak mengikuti club, tapi saya takut karena saya tidak bisa berbahasa Jepang. Ada banyak sekali club di Kyodai, mulai dari sports, arts, dan music, bahkan di bagian sport ada seperty rugby, american football, skating, skiing, rowing, lacrose, sumo, kendo, aikido, dan masih banyak lagi olahraga yang tidak ada di Indonesia. Setelah puas berkeliling, kami pun berpisah. Sebab saya harus mengantar kepulangan ibu saya kembali ke Indonesia. Sedih, tapi saya harus bertahan, karena bersekolah di Jepang adalah hal yang saya inginkan. Tidak mungkin saya menunjukan wajah sedih kepada ibu saya yang hendak meninggalkan saya sendiri di negeri orang.

Hari-hari berikutnya saya lalui sendiri, ya bersama teman seperjuangan saya yang sama-sama dari Indonesia. Untungnya ada banyak senpai dari Indonesia yang berasal dari course yang sama seperti saya, sehingga saya bisa banyak bertanya jika ada hal yang saya bingungkan.

Sama seperti kampus di Indonesia, Kyodai pun memiliki opening ceremony untuk semua mahasiswanya. Yang berbeda adalah pakaian yang digunakan untuk menghadiri acara tersebut, yaitu setelan jas berwarna hitam. Mungkin memang tidak diharuskan berwarna hitam, tapi berwarna gelap. Kebanyakan memang menggunakan warna hitam. Opening ceremony tidak berlangsung di wilayah kampus, tapi di suatu gedung bernama Miyako Messe. Tidak berlangsung lama, hanya sebuah pidato panjang berbahasa Jepang dari president of Kyodai, dan opening ceremony pun selesai.



Inilah suasana opening ceremony

Setelah opening ceremony selesai, kami berjalan menuju kampus, untuk menghadiri guidance. Guidance pertama adalah untuk seluruh mahasiswa engineering di Kyodai, dalam bahasa Jepang. Guidance kedua adalah untuk International Couse, berbahasa inggris. Kami mempelajari bayak hal mengenai course ini dan beberapa peraturan penting seperti syarat lulus, lokasi kelas, timeline perkuliahan dan mata kuliah yang harus diambil. Pada dasarnya, mata kuliah yang kami ambil telah diatur oleh pihak universitas. Tapi kami harus tetap menambahkan beberapa matkul untuk memenuhi kuota ‘syarat lulus’. Dan setelah dihitung-hitung, saya mengambil 31 sks untuk semester 1 ini. Angka yang cukup banyak bila dibandingkan dengan sks kebanyakan di Indonesia. Tapi tentunya matkul yang saya ambil di awal ini kebanyakan adalah mata kuliah social sebagai tambahan. Sehingga belum terlalu rumit dalam pembahasannya.

Setelah guidance tersebut, ada welcome party yang dihadiri oleh seluruh mahasiswa international course dari angkatan pertama sampai angkatan saya, juga profesor yang akan mengajar di kelas nanti. Ini adalah ajang untuk saling mengenal satu sama lain tentunya.


This is my classmate!
Ini foto setelah welcome party
Inilah seluruh International Course dari angkatan pertama
Kelas saya untungnya kelas yang paling banyak memiliki perempuan jika dibandingkan dengan kelas sebelum-sebelumnya. Sungguh beruntung. Kelas saya terdiri dari 2 orang Indonesia, 1 orang Mongol, 1 orang Korea, 1 orang Mesir, 10 orang Jepang, dan 9 orang cina. Dari semua itu, 8 orang adalah perempuan. 

Hal paling menakjubkan dari perantau dan menjadi minoritas adalah, ketika saya bertemu orang Indonesia entah kenapa saya merasa sangat bahagia, seperti bertemu sahabat lama. Dan kami akan cepat akrab layaknya keluarga. Kami pun bisa langsung tahu dengan sekali tatap mata, bahwa kami dari tanah air yang sama. Ini sungguh perasaan yang sangat menakjubkan dan baru bagi saya.

Ya, itu cuplikan beberapa kisah dan pengalaman saya di awal adaptasi di negeri ini.

Salam,

Mitzi Alia.

2 comments:

  1. hueee baca ini terharu yaa ekekek, semoga ali banyak waktu buat nulis :3 semoga ga kesepian, keep moving forward aliaaaa, makasih tulisannya

    ReplyDelete
  2. Wkwkwkw makasiihh nanaaa :3 doain betah yaapp ehee

    ReplyDelete