Sunday, April 5, 2015

Pilihan Terbaik

Konnichiwa.

Mungkin beberapa dari kalian ada yang tidak mengerti dengan bahasa di atas. Ya tentunya bukan bahasa yang saya gunakan sekarang. Beberapa yang mengerti, mungkin tidak berpikir bahwa ini jam yang tepat untuk mengutarakan kalimat tersebut.

Tidak banyak basa basi, tidak pula banyak omong kosong. Bukan tipe saya untuk berbicara banyak, tapi menulis banyak.


Inilah Kyoto University
Jadi inilah kampus lamaku, Institut Teknologi Bandung
Ya, saya adalah salah satu mahasiswi Kyoto Univeristy. Mungkin beberapa telah tahu track record Kyoto University, atau Kyodai, ini. Tentunya saya sangat beruntung bisa mendapat kesempatan untuk berkuliah di kampus terbaik kedua se-Jepang ini. Bahkan orang Jepang pun sangat menginginkan untuk melanjutkan sekolah di kampus ini. Banyak informasi yang saya dapatkan bahwa untuk bisa berkuliah di Kyodai, membutuhkan usaha yang sangat besar karena seleksi yang cukup ketat dan sulit. Kyodai bagaikan ITB bila disandangkan dengan Indonesia, meskipun jika ITB dibandingkan dengan Kyodai, tentunya hal itu tidak akan sama.

Banyak yang bertanya, "jalur apa yang kamu gunakan? Bagaimana bisa masuk?" Saya tahu, saya memang bukan orang terpintas di SMA saya dulu, selama saya berkuliah di ITB selama 1 semester pun, saya bukan termasuk IP teratas. Mungkin ini sepenuhnya keberuntungan untuk bisa berkuliah di kampus bergengsi seperti Kyodai ini. Saya akan menceritakan bagaimana saya bisa mendapatkan kampus ini.

Sejak SMP, saya sangat menginginkan untuk melanjutkan sekolah di Jepang. Ibu saya paham betul akan kemauan itu, sehingga beliau, sebagai guru BK di salah satu SMA cukup ternama di Indonesia yaitu MAN Insan Cendekia, mencari berbagai jalur untuk saya bisa melanjutkan sekolah di Jepang. Selama SMA, saya sekolah di sekolah asrama di Banten, yaitu SMAN Cahaya Madani Banten Boarding School. Sekolah gratis yang seleksinya dibutuhkan benerapa kali tahapan. Meskipun sekolah saya jauh dari rumah, hal itu tidak mengurangi saya untuk tetap mempersiapkan diri untuk melanjutkan kuliah di Jepang.

Tentunya, hal paling penting yang dibutuhkan jika kamu akan bersekolah di luar negeri adalah bahasa inggris. Karena itu, di semester ke 6 saat SMA, saya mati-matian mempersiapkan diri untuk menghadapi salah satu tes bahasa inggris, yaitu IELTS. Mengapa saya tidak menggunakan TOEFL? Karena sebelumnya saya pernah mencoba tes TOEFL IBT dan bagi saya tes itu lebih sulit jika dibandingkan dengan IELTS, karena itulah saya memilih IELTS. 

Ya, jalur yang saya ikuti adalah melalui jalur kelas internasional. Belakangan ini, Jepang sedang membuka jalur G30, atau Global 30, dimana beberapa univeristas di Jepang, membuka kelas internasional di jurusan tertentu. Salah satunya yaitu Kyodai, membuka kelas internasional di jurusan teknik sipil. Inilah yang berikutnya akan menjadi kelas saya.

Persyaratan dari Kyodai cukup sederhana. Saya hanya perlu mengirimkan berkas berupa rapot semester 1-5, ijazah, SKHUN/skor EJU, surat rekomendasi dari sekolah, yang semuanya telah di-translate dalam bahasa inggris, dan skor  IELTS/TOEFL internasional. Kyodai, berbeda dengan universitas lain, memulai tahun ajarannya di musim semi, berarti april 2015. Sementara di Indonesia, saya lulus SMA pada mei 2014. Cukup banyak waktu sebelum saya memulai kuliah di Kyodai. Dan lagipula, Kyodai membuka pendaftaran kelas internasional ini pada september 2014. Untuk mengisi kekosongan yang belum pasti ini, saya memutuskan untuk tetap mengikuti SBMPTN di Indonesia, dan akhirnya diterima di ITB fakultas SAPPK.

Saya berkuliah di ITB selama 1 semester, selain untuk sebagai cadangan bila saya tidak diterima Kyodai, saya juga mendapatkan banyak pelajaran, pertemanan, organisasi, dan wawasan selama kuliah di ITB. Saya mengikuti perosedur pendaftaran kelas internasional di Kyodai dan lulus pada tahap awal berkas. Saya pun dipanggil untuk mengikuti wawancara, yaitu sekitar bulan oktober. Wawancara dilakukan denga Skypee, di Jakarta. Wawancara berlangsung sekitar 1 jam, dengan berbagai pertanyaan yang menjurus dengan pelajaran. 

Pengumuman akhir adalah tanggal 10 november. Sungguh hari yang saya tunggu, dan saya tidak menyangka bahwa saya lulus sebagai salah satu siswi kelas internasional di Kyodai. Setelah itu pun, masih banyak yang perlu saya urus, tentang visa, izin tinggal, dan beasiswa. Tapi semua hal itu dibantu diurus dari pihak universitas. Mereka akan memberi kita form Certificate of Eligibility yang setelah mereka lengkapi, akan mempermudah saya untuk mengurus visa tinggal di Jepang.

Setelah itu pun, beasiswa saya masih belum jelas apakah benar saya dapat beasiswa, dan berapa jumlahnya. Hingga pertengahan maret, barulah saya mendapat kejelasan bahwa saya mendapat beasiswa sebesat ¥32000 dari Kyodai dan ¥48000 dari Jasso karena saya juga lulus monbukagakusho, tapj melepasnya karena saya lebih memilih Kyodai. Total beasiswa saya per bulan adalah ¥80000. 

Begitulah cara saya mendapatkan kampus ini sebagai universitas saya, dan asal usul beasiswa saya. 

Berikutnya mungkin saya akan menjelaskan lebih detil, tentang perkuliahan di ITB, tinggal di Jepang, dan berbagaimacam cara untuk melalui hari hari saya.


Salam,
Mitzi Alia.

2 comments: