Sunday, April 19, 2015

PROVIDER

Hello.

Sepertinya sudah lama sekali setelah terakhir saya menceritakan negeri sakura ini. Kali ini, saya akan sharing tentang provider. Loh kok provider? Ya, jujur aja, Jepang adalah negeri teraman dan negeri paling mudah segala sistemnya, KECUALI masalah SAMPAH dan PROVIDER. Untuk masalah sampah sendiri, saya juga masih belum terlalu mahir dalam memilah sampah-sampah sesuai dengan kategori yang ada di Jepang. Bahkan beberapa orang Jepang sendiri juga kewalahan dengan masalah ini.

Oke, berhubung saya sudah punya handphone (bukan maksud pamer), saya sudah melalui berbagai macam tahapan untuk mendapatkan benda ini. Pertama, sistem kartu SIM di Jepang tidak sama dengan di Indonesia, yang kita bisa membeli kartu dengan harga murah, dimana saja, kapan saja, siapa saja, dan harus mengisi pulsa untuk penggunaan kartu tersebut. Tapi, Jepang tidak memiliki sistem seperti itu. 




Ini adalah lambang provider di Jepang


Hanya ada 3 provider di Jepang, SoftBank, docomo, dan au. Setiap provider memiliki peraturan masing-masing untuk menjalin ‘kontrak’ (disini bukan membeli kartu, tapi menjalin kontrak dengan provider selama 2 tahun). Tapi, semua provider memiliki peraturan bahwa hanya orang yang berusia 20 tahun keatas yang bisa menjalin kontrak. Karena saya telah menjalin kontrak dengan docomo, saya akan bercerita lebih banyak detil tentang docomo.

docomo merupakan salah satu provider tertua di Jepang. Mengapa saya memilih docomo? Saya sempat ngobrol dengan senpai senpai, mereka bilang sinyal docomo lebih kuat daripada SoftBank, dan docomo memang lebih murah dari SoftBank. Senpai menyarankan docomo, karena itulah saya memutuskan utntuk mengambil docomo. Untuk menjalin kontrak dengan docomo, hal yang dibutuhkan adalah kartu atm, dan surat guarantor. Untuk apa kartu ATM? Kartu ini yang kemudian akan dijadikan alat pembayaran kita nanti selama kontrak. Lalu surat guarantor? Ya, ini adalah surat tertulis atas nama orang tua yang akan bertanggung jawab dengan saya (karena saya belum mencapai 20 tahun). Untuk kasus saya, guarantor saya adalah Chief utama dari International Course Program di Kyodai. Beliau pun mengisi form untuk diajukan ke docomo. Dan kebetulan karena Chief nya adalah orang Korea, pihak docomo juga meminta fotokopi dari residence card milik Chief. 


Ini form guarantor
Setelah berkas yang diminta telah lengkap, saya pun datang ke docomo shop untuk menjalin kontrak. Tapi ternyata tak semudah itu, prosesnya sangat lama, dan yang melayani pun berbahasa Jepang. Untunglah saya kesana bersama senpai yang bisa berbahasa Jepang. Mereka melihat berkas-berkas, menimbang-nimbang apakah ajuan saya bisa diterima atau tidak, baru kemudian setelah semua ok, saya diberi data mengenai HP yang dijual di shop docomo. Ada beberapa jenis HP yang ditawarkan seharga ¥0. Kok bisa? Ya memang ada, jadi apa maksudnya? Kita ga perlu bayar sama sekali? Bukan, bukan, ini artinya kita tak perlu lagi membayar untuk cicilan HP, dan bayaran perbulan kita tergantung dengan paket data yang kita pilih nanti. Tentunya sangat mengurangi biaya perbulannya, karena itu sangat saya sarankan untuk memilih HP dengan biaya cicilan ¥0. 

Setelah memilih HP yang diinginkan, mereka akan menawarkan berbagai paket data untuk internet dan SMS-telpon. Semuanya saya pilih yang stadar saja, agar tidak membebani biaya perbulan. Saya memilih paket SMS-telpon yang biasa seharga ¥2,700 dan paket internet 2GB seharga ¥3,500. Karena saya memilih HP dengan harga ¥0, maka biaya bulanan saya hanya ¥6,200. Mereka juga menawarkan fasilitas sejenis garansi, perawatan, aplikasi, dll yang menurut saya ini agak kurang penting, jadi saya tidak mengambilnya. 

Ini salah satu berkas yang saya dapat setelah menjalin kontrak
Berkas-berkas tersebut dimasukkan dalam buku ini dan dibawa pulang
Setelah semua jenis penawaran, barulah mereka membuat dokumen-dokumen, membawa HP-nya dan mengaktifkan SIM card nya. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kontrak provider itu kemudian di-print, dan saya harus menandatangani semua dokumen itu, sebagai tanda persetujuan. Barulah setelah semuanya rapih, saya membawa pulang HP saya.

Akhirnya saya mendapatkan HP
Secara umum, provider lain pun memiliki tahap-tahap yang sama. Yang saya dengar, bahwa SoftBank memiliki peraturan baru, yaitu pembayaran HP harus deposit di depan sebesar ¥70,000. Sehingga kita tidak bisa mendapatkan HP dengan cicilan ¥0. Dan bagi saya ini sangat memberatkan, maka dari itu saya tidak memilih SoftBank. Tentang au, saya tidak terlalu banyak mendapatkan info, yang saya dengar, prosesnya sama dengan docomo, tidak terlalu banyak beda.


Sungguh proses yang sangat rumit, kan? 

Salam,
Mitzi Alia

2 comments:

  1. wew, congrats.
    btw li, denger denger dari dosen gue katanya di sana kalo sampah banyak banget yang masih lumayan bisa dipake lagi ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iyaa kayanya muth, tapi orang jarang ngebuang barang2 gede sih soalnya bayaarr. Jadi mending disumbang, ato kalo ga terlalu kepake menidng gajadi beli gitu haha

      Delete